Lima Tokoh Pendidikan Dibalik Sejarah Berdirinya SMA PGRI 1 Padang
The Five Founding Father SMA PGRI 1 Padang
Oleh : Vera Yuana
Siang itu, 24 Oktober 2021, pukul 13.24 WIB di Jalan Koto Tinggi Nomor 5 Kota Padang Sumatera Barat. Catatan perjalanan saya berlanjut dan sampai pula pada sebuah sekolah yang berdiri tahun 1978, yaitunya SMA PGRI 1 Padang.
SMA PGRI 1 Padang, Jl. Koto Tinggi No 5 dalam lensa sejarah kekinian. |
Hampir semua orang dewasa hari ini pada tahun itu, masih bercelana pendek dan berkepang rambut pergi ke sekolah. Berada di sekolah ini, tentu membawa saya pada sebuah sejarah penting dalam perjalanan dunia pendidikan yang pernah ada di ranah Minang.
Pada masa itu, ada lima tokoh pendidik, bisa dikatakan "The Five Founding Fathersnya SMA PGRI 1 Padang", yang begitu peduli dengan pendidikan di Sumatera Barat kala itu.
Mereka adalah 𝗗𝗿𝘀. 𝗛. 𝗠𝗶z𝘄𝗮𝗿, 𝗛. 𝗦𝗷𝗼𝗳𝘆𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗵𝗮𝗿, 𝗦𝗛, 𝗗𝗿𝘀. 𝗔𝗱𝗻𝗮𝗻 𝗥𝗮𝗵𝗺𝗮𝗻, 𝗔𝗯𝘂 𝗡𝗮𝘄𝗮𝘀 𝗗𝘁. 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗺𝗼, 𝗦𝗛 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗿𝗹𝗶𝗻 𝗔𝗿𝗶𝗳 𝗕𝗔.
Tersebutlah tahun 1978, yang pada tahun itu, terjadi ledakan jumlah lulusan siswa SMP, dimana siswa yang lulus melebihi kapasitas daya tampung sekolah negeri maupun swasta.
Peristiwa ini tentulah menimbulkan kepanikan dan rasa khawatir bagi para orang tua karena sulitnya menemukan sekolah lanjutan atas untuk anak-anak mereka.
Kondisi pendidikan yang genting sekaligus memprihatinkan itu, menggerakan hati lima tokoh pendidikan Sumatera Barat ini, untuk mencarikan solusi terbaik.
Terpikirkanlah kala itu, untuk secepatnya mendirikan sebuah sekolah dalam keadaan darurat. Dengan kebulatan tekad maka dinamailah SMA yang akan didirikan itu, dengan nama SMA PGRI Padang. Sekarang bernama SMA PGRI 1 Padang.
Untuk mendirikan sebuah sekolah secepat kilat, tentulah tidak mudah, banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti dimana proses pendaftaran siswa dilakukan dan bagaimana penerimaan serta penyeleksiannya. Yang paling krusial, dimana proses belajar mengajar akan diselenggarakan dan siapa saja guru-guru yang akan mengajar para murid.
Peran "Sjofyan Kahar dan Mizwar sangat besar kala itu. Sebagai seorang Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Padang dan kepala SMP Negeri 1 Padang ia mengambil inisiatif untuk menggunakan ruang SMA Negeri 1 Padang dan ruang SMP Negeri 1 Padang sebagai batu loncatan administrasi termasuk menyediakan ruang belajar bagi para siswa.
Di sekolah inilah pertama kali proses pendaftaran, penerimaan, penyeleksian para siswa dilakukan, sehingga dengan adanya proses penerimaan tersebut, maka SMA PGRI Padang telah mendapat izin operasional dari Kanwil Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat dengan Akte Pendirian Sekolah yang disahkan Notaris Asmawel Amin, SH.
Pada tahun pertama, ada 420 siswa yang terselamatkan pendidikan menengah atasnya dari 1000 an lebih siswa yang mendaftar. Selama lebih kurang lima bulan, para siswa ini menumpang belajar di SMA Negeri 1 Padang & SMP Negeri 1 Padang pada sore hari, sebelum akhirnya memiliki ruang kelas sendiri di Jl. Koto Tinggi No 5, Padang dan di Jl. Sudirman No 1 A dengan gedung permanen tiga lantai.
Rentetan proses kejadian tersebut tentulah berarti sangat besar. Dengan segala usaha dan semangat 5 orang pendiri ini yang ingin ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada hari 𝗦𝗮𝗯𝘁𝘂, 𝟭 𝗝𝗮𝗻𝘂𝗮𝗿𝗶 𝟭𝟵𝟳𝟴, pukul 13.00 wib, tonggak sejarah SMA PGRI 1 Padang, didirikan.
Sejarah pendirian sekolah ini sangat penting diketahui oleh kita semua, oleh masyarakat, oleh orang-orang yang mencintai dunia kependidikan, karena tanpa 𝘛𝘩𝘦 𝘍𝘪𝘷𝘦 𝘍𝘰𝘶𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘍𝘢𝘵𝘩𝘦𝘳𝘴 ini, SMA PGRI 1 Padang, tidak Akan Pernah Ada. Meski di dalam perjalanannya, terjadi beberapa perubahan karena menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, namun keberadaan para tokoh pendidikan ini, tak kan pernah tergantikan apalagi terusir oleh gerusan zaman.
Kita perlu belajar dari sejarah yang begitu jelas, untuk mangurangi kegaduhan yang kerap tak berkelas.
Nilai-nilai semangat yang ingin dibagikan oleh para pendiri seharusnya tidak pernah hilang dari hati semua orang yang mencintai sejarah.
Saya percaya, tujuan mulia pendirian sekolah ini akan tetap hidup meski ada gelombang besar untuk menggulung sejarah dengan cara yang tidak intelek.
Diakui, salah satu problem terbesar di negeri ini adalah banyaknya orang yang tidak tahu atau tidak mau tahu sejarah, seolah apa yang ada hari ini, bim salabim, terjadi begitu saja tanpa proses berjuang.
Betapa banyak orang ingin menghancurkan sebuah sejarah karena ambisi dengan menggunakan tangan orang lain, tangan kekuasaan, tangan orang-orang yang mudah dijerumuskan dan dimanfaatkan.
Orang yang mengerti sejarah dan menghargainya, tidak akan mudah dilumpuhkan oleh sebuah trik sulap sehebat apapun itu. Kalau tidak berhati-hati membaca sejarah, kita akan terjerembab pada perbuatan yang memalukan.
Oleh sebab itu, mulailah membuka kembali sejarah dan membacanya. Bak kata 𝑯.𝑾.𝑭. 𝑯𝒆𝒈𝒆𝒍, "𝑷𝒆𝒓𝒍𝒂𝒌𝒖𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒏𝒚𝒐𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂". (*)
#Menolak Lupa
Tidak ada komentar